Tekan
Laporan Pendahuluan Katarak
Laporan Pendahuluan Katarak
A.
Pengertian
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh (Sidarta 2004, h.125).
Katarak adalah kekeruhan pada
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa atau akibat keduanya (Anas 2011, h.54).
B.
Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah
proses penuaan. Anak dapat mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit
yang diturunkan, peradangan didalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai
katarak congenital. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes
mellitus dapat menyebabkan katarak komplikata.
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1.
Fisik
Dengan
keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan mempengaruhi keadaan
lensa.
3
|
2.
Kimia
Apabila
mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat paparan ultraviolet
matahari pada lensa mata dapat menyebabkan katarak.
3.
Usia
Dengan
bertambahnya usia seseorang, maka fungsi lensa juga akan menurun dan
mengakibatkan katarak.
4.
Infeksi virus masa
pertumbuhan janin
Jika
ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang disebabkan oleh virus.
Virus tersebut akan mempengaruhi tahap pertumbuhan janin. Misal ibu yang sedang
mengandung menderita rubella.
5.
Penyakit
Meliputi
penyakit diabetes dan trauma mata seperti uveitis (Andra 2013, h.64).
C.
Klasifikasi
Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan
menjadi :
1. Katarak
congenital, Katarak
yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun.
2. Katarak
juvenile, Katarak yang terjadi sesudah
usia 1 tahun
3. Katarak
senile, katarak setelah usia 50 tahun.
Berdasarkan
penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :
1.
Katarak traumatika
Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena
trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu
mata (katarak monokular).
2.
Katarak toksika
Katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan
kimia tertentu.
3.
Katarak komplikata
Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes
melitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis,
glaukoma, proses degenerasi pada satu mata lainnya.
Berdasarkan stadium, katarak
senil dapat dibedakan menjadi :
1.
Katarak insipien
Pada stadium ini, proses degenerasi belum menyerap cairan
sehingga bilik mata depan memiliki kedalaman proses.
2.
Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan
terjadinya miopia, dan iris terdorong ke depan serta bilik mata depan menjadi
dangakal.
3.
Katarak matur
Proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4.
Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa
dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam didalam koteks
lensa (Anas 2011,hh.56-58).
D.
Patofisiologi
Lensa yang normal adalah
struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing
baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung 3 komponen
anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior
dan posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transportasi, perubahan pada searabut halus multiple (zunula) yang memanjang
dari badan selier ke sekitar daerah diluar lensa misalnya dapat menyebabkan
koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat jalan cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air kedalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Katarak biasanya terjadi
bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda, dapat disebabkan oleh
kejadian trauma maupun sistemis, seperti DM, namun sebenarnya merupakan konsekuensi
dari proses penuaan yang normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat
diidentifikasi awal, karena bila tidak dapat didiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang
berperan dalam terjadinya katarak meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan,
alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu yang lama (Andra 2013, hh.64-65).
E.
Pathway
Terlampir
F.
Manifestasi
Klinis
1
Rasa silau karena
terjadi pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh.
2
Pengeliatan akan
berkurang secara perlahan.
3
Pada pupil terdapat
bercak putih.
4
Bertambah tebal
nukleus dengan perkembangnya lapisan korteks lensa.
5
Pengelihatan kabur.
6
Rasa nyeri pada
mata (Andra 2013 h.65).
G.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu
dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf / penglihatan ke retina / jalan optik.
2.
Lapang Penglihatan : penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro
vaskuler,
massa tumor pada hipofisis otak, karotis, glukoma.
3.
Pengukuran Tonografi
: TIO (12 – 25 mmHg).
4.
Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina, dan mikroaneurisma, dilatasi dan pemeriksaan berlahap-lampu
memastikan diagnosis katarak.
5.
Darah lengkap, laju sedimentasi LED : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi.
6.
EKG, kolesterol
serum, lipid.
7.
Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Andra 2013,
h.66).
H.
Penatalaksanaan
Tidak ada
terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan laser. Pembedahan
diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik dicapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak paling sering
dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan menggunakan anestesi
lokal. Ada dua macam
teknik pembedahan untuk pengangkatan katarak :
1.
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler
Intra
catarax exstraction
(ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2.
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler
Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian
anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior (Andra 2013, h.66).
I.
Komplikasi
1.
Glaukoma
Kelainan yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan intra
okuler didalam bola mata, sehingga lapang pandang mengalami gangguan dan visus
mata menurun.
2.
Kerusakan retina
Kerusakan retina ini terjadi terjadi setelah pascah
bedah, akibat ada robekan pada retina, cairan masuk ke belakang dan mendorong
retina atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga terangkat.
3.
Infeksi
Ini bisa terjadi setelah pasca bedah karena kurangnya
perawatan yang tidak edekuat (Andra 2013, h. 67).
J.
Pengkajian
1. Riwayat
a. Riwayat
penyakit : trauma mata, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit diabetes
melitus, hipotiroid, uveitis, glaukoma.
b. Riwayat keluhan
gangguan : stadium katarak.
c. Psikososial :
kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatuh, berkendaraan.
2. Pengkajian umum
a. Usia
b. Gejala penyakit
sistemik : diabetes melitus, hipotiroid.
3. Pengkajian
khusus mata
a. Dengan
pelebaran pupil, ditemukan gambaran kekeruhan lensa (berkas putih) pada lensa.
b. Keluhan
terdapat diplopia, pandangan berkabut.
c. Penurunan tajam
penglihatan (miopia).
d. Bilik mata
depan menyempit.
e. Tanda glaukoma
(akibat komplikasi)
(Anas 2011,
h.61).
K.
Diagnosa Keperawatan
1)
Gangguan persepsi
sensori visual / penglihatan berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi
dan / atau integrasi sensori
2)
Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik
3)
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (extraksi katarak).
L. Asuhan
Keperawatan
1.
Gangguan persepsi
sensori / penglihatan berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi dan /
atau integrasi sensori
Kriteria Hasil : Mengompensasi defisit sensori dengan
memaksimalkan
indra yang tidak
rusak
a.
Intervensi :
peningkatan Komunikasi : Defisit Penglihatan
Rasional : membantu pembelajaran dan penerimaan metode
alternatif untuk menjalani hidup
dengan penurunan fungsi penglihatan.
b.
Intervensi : Manajemen Lingkungan
Rasional : Memanipulasi
lingkungan sekitar pasien untuk
manfaat terapeutik
c.
Intervensi :
Pemantauan Neurologis
Rasional : Mengumpulkan dan
menganalisis data pasien
untuk mencegah
atau meminimalkan komplikasi neurologis
2.
Nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisik
Kriteria Hasil : memperlihatkan pengendalian nyeri
a. Intervensi : Pemberian
Analgesik
Rasional :Menggunakan
agens-agens farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
b. Intervensi : Manajemen
medikasi
Rasional
: Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif
c. Intervensi : Manajemen
nyeri
Rasional :
Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien.
3.
Resiko tinggi infeksi berhubungan
prosedur invasif (ekstraksi katarak).
Kriteria hasil :
mempertahankan tingkat nyeri
a. intervensi : perawatan luka
insisi
rasional : membersihkan, memantau dan
memfasilitasi proses penyembuhan luka yang ditutup dengan jahitan, klip, atau
staples.
b. Intervensi : Pengendalian infeksi
Rasional : Meminimalkan
penyebaran dan penularan agens infeksius
c. Intervensi : Perlindungan infeksi
Rasional : Mencegah dan
mendeteksi dini infeksi pada pasien yang berisiko
d. Intervensi : Perawatan luka
Rasional : Mencegah terjadinya komplikasi pada luka dan
memfasilitasi proses penyembuhan luka.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas Sidarta, 2004 , Ilmu Perawatan Mata, Jakarta: CV. Sagung Seto
__________, 2009 ,
Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : FKUI
Nanda, Buku
Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan klasifikasi 2012-2014, jakarta: EGC
Tamsuri, Anas, 2011 , Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan : Keperawatan
Medikal-Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, Saferi A, 2013 , Keperawatan Medikal Bedah keperawatan dewasa teori dan contoh askep
cetakan pertama, Jakarta: Nuha Medika
Wilkinson, Judith M. 2011, Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC,
Jakarta : EGC.